Manusia Bangsat


Manusia adalah makhluk paling bangsat di dunia. Makhluk yang paling tidak memikirkan sesuatu selain memikirkan untuk diri mereka sendiri. Bahkan orang yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu pun, masih saja berharap akan mendapat balasan yang baik dari Tuhan. Yup, Tuhan kata mereka. Tuhan dan berbagai sebutan yang mereka berikan kepada Sang Pencipta yang bahkan kalua dipikirkan, Tuhan pun seagai salah satu ciptaan manusia. Mereka “menciptakan” Tuhan sebagai alasan untuk berbuat baik, pun sebagai alasan saat segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang mereka renacanakan.
Manusia memang benar-benar bangsat. Mereka membenarkan segala yang mereka lakukan bahkan saat mereka melakukan hal yang paling buruk sekalipun. Dengan dalih membela diri, mereka mampu membunuh manusia yang lainnya. Dengan dalih membela diri, mereka mencaci manusia lainnya. Yang jelas, semua mereka lakukan sebagai salah satu bentuk “pembenaran” atas diri mereka sendiri.
Pembenaran adalah pilihan kata ku sebagai manusia saat melakukan apapun. Karena tanpa pembenaran, kebenaran nyaris tidak ada. Kalau mereka bilang, kebenaran sejati itu ada, yaitu kebenaran yang berasal dari Tuhan. Aku tertawa, bahkan Tuhan ada pun karena kebutuhan kalian akan pembenaran. Kebenaran itu omong kosong. Kebenaran adalah apabila sebagian besar orang mengatakan sesuatu itu benar. Demikian juga halnya dengan kebaikan. Sesuatu akan dikatakan baik apabila sebagian besar orang mengatakan bahwa itu baik.
Dan manusia yang berkumpul membenarkan sesuatu adalah sebangsat-bangsatnya manusia. Bahkan saat orang membenarkan tentang agama atau apalah itu, semua hanyalah kesepakatan bahwa itu adalah kebenaran sejati yang diikuti oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang sarat dengan sugesti.
Lalu bagaimana dengan aku? Aku jawab, sepertinya aku masih manusia. Maka aku pun sama dengan bangsat-bangsat itu. Bangsat-bangsat yang mengira diri mereka paling benar. Itulah aku, aku adalah manusia yang paling benar, menurutku. Apakah aku bangsat? Sudah pasti. Karena aku manusia. Apakah aku melakukan sesuatu yang baik atau benar? mungkin karena kebenaran dan kebaikan itu masih buatan manusia. Apakah aku percaya dengan adanya Tuhan? Tentu saja, aku masih memerlukan alasan untuk berbuat baik dan masih memerlukan alasan saat sesuatu berjalan diluar rencanaku.
Bagaimana dengan dunia? Dunia adalah panggung sandiwara. Benar !! karena tidak ada satu manusia pun yang tidak melakukan perannya. Semua memiliki peran. Peran bangsat tentunya, karena dari awal, manusia memang bangsat.
Bagaimana dengan kiamat? Harus ada, karena apapun itu, akan ada titik jenuh, akan ada titik dimana semua harus berakhir. Tanpa itu, tatanan yang baru tidak akan bisa terjadi. Semua harus dimulai lagi dari awal. Karena saat semua hal sudah menjadi kacau, harus ada sesuatu yang membuat semua tertata kembali. Dan, Dunia harus ada kiamat.
Bagaimana dengan hidup setelah mati? Bagi saya, itu adalah sebuah siklus. Mati-hidup-mati-hidup adalah sesuatu yang terus menerus terjadi. Apakah itu suatu kebenaran. Menurut manusia tentu saja iya. Karena manusia memang bangsat. Mereka gak mau mati, maka manusia bersepakat bahwa ada hidup setelah mati. Apakah itu benar? kembali lagi kepada “pembenaran”.
Manusia memang bangsat !!!!
Aku, kamu, kalian, kita semua adalah bangsat-bangsat yang terkadang tidak menyadari kebangsatan diri sendiri. Dan saat kebangsatan itu melebihi batas, maka kiamat itu terjadi. Kiamat akan menata kembali semua hal yang bangsat itu menjadi tidak bangsat lagi. Lalu, siapa yang membuat kiamat itu terjadi? Tuhan? Mungkin. Tapi menurutku, kiamat itu akan terjadi dengan sendirinya. Karena semua tatanan sudah menjadi bangsat. Kapan? Bisa nanti, besok, lusa, atau kapan saja saat titik puncak bangsat itu tercapai. Lalu bagaimana kita tahu kalau bangsat itu sudah mencapai titik puncak? Gampang, sudah pasti saat itu kiamat terjadi. Dan beruntunglah orang yang menemui kiamat. Karena menjadi saksi atas segala akibat kebangsatan yang  mereka lakukan.
Manusia dengan pikirannya semakin lama akan semakin bangsat. Karena pikiran itu adalah sesuatu yang terbatas namun tidak diketahui dimana batasnya. Saat batas itu tercapai maka dia akan mati dengan sendirinya. Mati..!! yup, mati..!!!
Mati adalah batas dimana seseorang itu berhenti berpikir. Mati adalah batas dimana tubuh tidak bisa dikendalikan oleh pikiran. Kok bisa? Bagaimana kalau orang kecelakaan, bukankah dia mati mendadak? Goblok banget sih. Dia mati karena pikirannya tidak lagi mampu mengendalikan tubuhnya untuk bisa bertahan hidup. Contohlah misalnya seseorang itu mati karena tabrakan. Pikirannya salah memperhitungkan sehingga dia kecelakaan. Kemampuan spasialnya sudah mati. Maka membuat perkiraannya pun meleset. Intuisinya juga meleset. Matilah dia.
Bagaimana kalau misalnya naik pesawat terbang, lalu pesawat itu jatuh. Apakah penumpang yang tidak tahu apa-apa itu juga mati karena kesalahan mereka sendiri. Jelas iya, kenapa mereka terlalu percaya dengan pilot. Percaya itu harus, tapi selalu berjaga-jaga itu penting.
Ah sudahlah, cukup dengan ocehan gak penting ini.

Komentar

Posting Komentar

My Channel